-->

PENDEKATAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

PENDEKATAN SOSIOLOGI

1. Pengertian ilmu sosiologi:

a. Emile Durkheim

Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

b. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi

Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.

c. Soejono Sukamto

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat. Kesimpulannya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat.

Selain itu, Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.

2. Ciri-ciri pendekatan ilmu sosiologi terhadap agama

Untuk menemukan ciri-ciri dari “pendekatan ilmu-ilmu sosial” untuk studi Islam sangatlah sulit. Hal ini disebabkan karena beragamnya pendapat di kalangan ilmuwan sosial sendiri tentang validitas kajian yang mereka lakukan. Salah satu ciri utama pendekatan ilmu-ilmu sosial adalah pemberian definisi yang tepat tentang wilayah telaah mereka. Adams berpendapat bahwa studi sejarah bukanlah ilmu sosial, sebagaimana sosiologi. Perbedaan mendasar terletak bahwa sosiolog membatasi secara pasti bagian dari aktivitas manusia yang dijadikan fokus studi dan kemudian mencari metode khusus yang sesuai dengan objek tersebut, sedangkan sejarahwan memiliki tujuan lebih luas lagi dan menggunakan metode yang berlainan.


1.  Dengan menggunakan pendekatan sosiologis, maka agama akan dijelaskan dengan beberapa teori, misalnya agama merupakan perluasan dari nilai-nilai sosial, agama adalah mekanisme integrasi sosial, agama itu berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui dan tidak terkontrol, dan masih banyak lagi teori lainnya. Sekali lagi, pendekatan ilmu-ilmu sosial menjelaskan aspek empiris orang beragama sebagai pengaruh dari norma sosial, dorongan instinktif untuk stabilitas sosial, dan sebagai bentuk ketidak berdayaan manusia dalam menghadapi ketekutan. Tampak jelas bahwa pendekatan ilmu-ilmu sosial memberikan penjelasan mengenai fenomena agama dalam kerangka seperti hukum sebab-akibat, supply and demand, atau stimulus and respons.

Namun, terdapat kelemahan lain dari pendekatan ilmu-ilmu sosial adalah kecenderungan mengkaji manusia dengan cara membagi aktivitas manusia ke dalam bagian-bagian atau variabel yang deskrit. Akibatnya, seperti yang dapat dilihat, terdapat ilmuwan sosial yang mencurahkan perhatian studinya pada perilaku politik, interaksi sosial dan organisasi sosial, perilaku ekonomi, dan lain sebagainya. Sebagai akibat lebih lanjut dari kelemahan ini, muncul dan dikembangkan metode masing-masing bidang atau aspek, kemudian berdirilah fakultas dan jurusan ilmu-ilmu sosial di beberapa universitas. Fakta tersebut membuktikan bahwa telah terjadi fragmentasi pendekatan dan terkotaknya konsepsi tentang manusia.

Meskipun demikian, harus diakui tetap perlu adanya pendekatan interdisipliner dalam melakukan studi tentang budaya manusia. Konstribusi ilmuwan sosial—dengan menggunakan salah satu disiplin ilmu sosial—seperti ilmuwan politik, ilmuwan sosial, dan antropolog yang tertarik pada wilayah di Timur Tengah atau masyarakat Muslim. Mereka menulis sesuai dengan fokus keahlian mereka, mereka concern terhadap Islam yang dilihat mempengaruhi fokus yang dikajinya. Pertanyaan yang dimunculkan misalnya adalah efek Islam terhadap politik di salah satu negara atau hubungan orientasi agama dengan pembangunan ekonomi atau perubahan sosial. Dari perspektif yang seperti ini agama menemukan maknanya sebagai fungsi dari realitas aktivitas lainnya.

Karena bidang kaji ilmuwan sosial ditentukan oleh ketertarikan terhadap fokus tertentu, mereka akan memilih salah satu aspek dari Islam sesuai atau menurut tujuan mereka. Terhadap aspek Islam yang menurutnya penting, maka ilmu sosial akan membahas dan menjadikannya bernilai. Oleh sebab itu, karena ilmuwan dalam bidang politik dan sosiologi bukanlah ahli sejarah agama, maka karya mereka tentang agama mungkin sedikit memberikan kepuasan dan kurang komplit jika dibandingkan dengan karya tulis mahasiswa perbandingan agama dalam bidang politik atau kekuatan sosial.

2. Pendekatan Sosiologis Terhadap Agama

Sosiologi sangat cocok untuk menjadi kajian agama/pendekatan terhadap agama, karena sosiologi fokus pada hubungan antara agama dan masyarakat dan keterkaitan diantara keduanya, karena pasti agama itu membawa pengaruh terhadap masyarakat itu sendiri atau masyarakat itu sendiri yang mempengaruhi suatu agama ini merupakan kajian yang menarik untuk kita pelajari.

Kategori-kategori sosiologis, meliputi :

1. Stratifikasi sosial, seperti kelas dan etnisitas
2. Kategori biososial, seperti seks,gender,perkawinan,keluarga,masa kanak-kanak, dan usia
3. Pola organisasi sosial meliputi politik,produksi ekonomis,sistem-sistem pertukaran, dan birokrasi
4. Proses sosial, seperti formasi batas, relasi intergroup, interaksi personal, penyimpangan, dan globalisasi (Giddens,Anthony, sociology, cambridge : polity press,1989)

Jadi kita dapat mengetahui dari kategori-kategori diatas lah fokus dari sosiologi terhadap pendekatan agama, karena agama juga mempengaruhi dari kategori-kategori di atas ataukah kategori-kategori di atas yang justru mempengaruhi suatu agama.

Contoh penelitian melalui pendekatan sosiologi perang antara orang islam dan nasrani di ambon terkadang terjadi konflik padahal mereka adalah satu masyarakat yang nasib dan hidup bersama dengan damai dahulu lalu timbul konflik diantara mereka karena dipicu perbedaan agama. jadi yang dahulu nya damai dan dapat hidup harmonis walaupun berbeda agama sekarang sering kali timbul konflik di ambon walaupun akhir-akhir ini sudah jarang kita denger terjadi lagi konflik lagi seperti dulu.

Kelemahan dari pendekatan sosiologi terhadap agama menurut saya adalah suatu masyarakat mempunyai kebiasaan dan kebudayaan tertentu sehingga kehidupan di dalam masyarakat itu dalam beragama berbeda, dan interaksi antara masyarakat pun berbeda-beda terhadap agama itu sendiri. Sosiologi hanya terfokus terhadap efek dari interaksi antara agama dan masyarakat sedangkan agama tidak hanya dapat kita kaji seperti itu kita juga harus mengkaji unsur-unsur di dalam agama tersebut yang dapat membuat keterkaitan antara masyarakat dengan agama dan itu juga berarti agama dan kehidupan dalam bermasyarakat adalah satu-kesatuan bukan sesuatu yang terpisah atau yang sering disebut sekularisasi.

B. PENDEKATAN ANTROPOLOGI

1.Pengertian ilmu antropologi

Istilah antropologi berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata antropos yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu atau stud. Secara harafiah antropologi berarti lmu atau studi tentang manusia antropologi mempelajari manusia sebagai mahkluk biologis, dan sebagai makhluk social.

a. Keesing (1981) , Antropologi adalah kajian tentang manusia.

b. Haviland (1985), Antropologi adalah studi tentang manusia dan perilakunya dan melaluinya dibeperoleh pengertian lengkap tentang keanekaragaman manusia.

c. Kamus Antropologi dan Ariyono Suyono (1985), Antropologi adalah suatu ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik, kepribadian, masyarakat serta kebudayaannya.

d. Koentjaraningrat (1990), Ilmu antropologi memperhatikan lima masalah mengenai makhluk hidup yaitu :

1. Masalah Perkembangan manusia sebagai makhluk biologis
2. Masalah sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia, dipandang dari sudut cirri-ciri tubuhnya.
3. Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia.
4. Masalah persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh dunia.
5. Masalah dasar-dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat dan suku bangsa yang tersebar di seluruh bumi pada zaman sekarang ini.

2. Ciri-ciri pendekatan ilmu antropologi

Secara garis besar kajian agama dalam antropologi dapat dikategorikan ke dalam empat kerangka teoritis; intellectualist, structuralist, functionalist dan symbolist.
Tradisi kajian agama dalam antropologi diawali dengan mengkaji agama dari sudut pandang intelektualisme yang mencoba untuk melihat definisi agama dalam setiap masyarakat dan kemudian melihat perkembangan (religious development) dalam satu masyarakat. Termasuk dalam tradisi adalah misalnya E.B. Taylor yang berupaya untuk mendefinisikan agama sebagai kepercayaan terhadap adanya kekuatan supranatural. Namun, dampak dari pendekatan seperti ini bisa mengarah pada penyamaan sikap keberagamaan.

3. aliran-aliran dalam antropologi agama, diantaranya :

1. Aliran Fungsional

Tokoh aliran fungsional diantaranya adalah Brosnilaw Kacper Malinowski (1884-1942). Malinowski berkeyakinan bahwa manusia primitif mempunyai akal yang rasional, walaupun sepintas lalu mungkin segi-segi kebudayaan mereka kelihatannya tidak rasional. Baginya tujuan dari penelitiannya yakni meraba titik pandang pemikiran masyarakat sederhana dan hubungannya dengan kehidupan, serta menyatakan pandangan mereka tentang dunia.

2. Aliran Historis

Tokoh aliran antropologi histori ini adalah E.E. Evans Pritchard (1902-1973). Ciri-ciri antropologi historisnya adalah :
Seperti halnya sejarah, berusaha mengerti, memahami ciri terpenting sesuatu kebudayaan, dan seterusnya menerjemahkannya ke dalam kata-kata atau istilah-istilah bahasa peneliti sendiri.
Seperti halnya pendekatan sejarah, berusaha menemukan struktur yang mendasari masyarakat dan kebudayaannya dengan analisis-analisisnya yang dapat dinamakan analisis structural.
Struktur masyarakat dan kebudayaan tadi kemudian dibandingkan dengan struktur masyarakat dan kebudayaan yang berbeda.

E.E.Evans Pritchard berpendapat bahwa masyarakat primitive sebenarnya juga berpikir rasional seperti halnya manusia modern. Dalam karyanya tentang suku Nuer, ia menganalisis arti konsep-konsep kunci yang terdapat dalam suku Nuer seperti Kowth yang berarti semacam hantu, berusaha menemukan motif-motif tradisi lisan mereka, serta berusaha memahami simbol-simbol dan ritus-ritus mereka. Disamping itu, ia berusaha menemukan wujud konkret agama itu. Ia ingin menemukan apa yang dinamakan agama itu, yang kenyataannya bersangkutan dengan segala yang berada di sekeliling manusia, baik secara pribadi maupun secara sosial.

3. Aliran Struktural

Tokoh pendekatan antropologi structural adalah Claude Levi Strauss (1908-1975). Obyek favoritnya adalah keluarga masyarakat sederhana, bahasa dan mite. Bahasa dan mite. Bahasa dan mite menggambarkan kaitan antara alam dengan budaya. Dalam hubungan antara alam dan budaya itulah dapat ditemukan hukum-hukum pemikiran masyarakat yang diteliti. Baginya alam mempunyai arti lain dalam pengertian biasa. Alam diartikan segala sesuatu yang diwarisi manusia oleh manusia dari manusia sebelumnyasecara biologis, artinya tidak diusahakan dan tidak diajarkan serta dipelajari. Sedangkan budaya adalah segala sesuatu yang diwarisi secara tradisi sehingga akan berisikan semua adat istiadat, keterampilan serta pengetahuan manusia primitif.

4. Pendekatan Antropologi Terhadap Agama

Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama. Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan komitmen antropologi akan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya. Pendekatan antropologis sangat penting untuk memahami agama Islam, karena konsep manusia sebagai ’khalifah’ (wakil Tuhan) di bumi, misalnya, merupakan simbol akan pentingnya posisi manusia dalam Islam.

Antropologi tidak membahas benarnya suatu agama, tetapi membahas efek dari agama itu untuk manusia dan juga efek dari kebudayaan itu terhadap manusia dan saling keterkaitan diantara dua unsur itu yaitu agama dan kebudayaan. “pada dasarnya....tidak ada agama yang salah. Semua agama adala benar menurut metode masing-masing. Semua memenuhi kondisi-kondisi tertentu dari eksistensi manusia, meskipun dengan cara yang berbeda-beda” (Emil, Durkheim. 1995/1912. The Elementary Forms of Religious Life,tr.Karen E. Field, New York, The Free Press. Hal 2) jadi menurut Durkheim semua agama yang ada adalah benar karena semua agama memenuhi kondisi-kondisi tertentu daari eksistensi manusia, meskipun dengan cara yang berbeda-beda

. Penjelasan Durkheim tadi telah menyatakan bahwa dengan fungsi agama yang seperti itu maka semua agama tidak ada yang salah dan semua agama adalah benar. Durkheim selalu meneliti asal-usul agama karena dengan meneliti asal-usul agama maka kita dapat mengerti cara berpikir manusia yang

menganut agama itu pada zamannya, sehingga dengan melakukan kajian lewat agama kita dapat mengetahui pola berpikir manusia pada zaman dahulu, maka dari itulah antropologi tertarik untuk mengkaji agama karena pasti ada keterkaitaan antara agama dengan manusia.

Durkheim juga berpendapat “ Apakah perbedaan mendasar antara umat kristen yang merayakan saat-saat penting dari kehidupan yesus kristus, yahudi yang merayakan eksodus dari mesir atau penyebaran sepuluh perintah tuhan, dan suatu pertemuan masyarakat umum yang memperingati kedatangan piagam moral dan peristiwa-peristiwa besar lain dalam kehidupan nasional? (Emil, Durkheim. 1995/1912. The Elementary Forms of Religious Life,tr.Karen E. Field, New York, The Free Press. Hal 429). Disini Durkheim menyamakan antara ritual yang dilakukan oleh agama nasrani yang mrayakan saat-saat dari ke hidupan yesus kristus dan orang yahudi yang merayakan eksodus dari mesir atau penyebaran sepuluh perintah tuhan sama dengan pertemuan masyarakat umum yang memperingati kedatangan piagam moral dan peristiwa-peristiwa besar lain dalam kehidupan nasional. Menurut saya disini Durkheim menyamaratakan kejadian tersebut mempunya hakikat yang sama,

tetapi menurut saya berbeda tidak bisa kita samakan ritus/ritual di dalam suatu agama dengan kegiatan manusia yang seperti itu, karena di dalam agama adalah suatu umat yang mempunyai keimanan dan motivasi yang sama dan agama itulah yang mengikat mereka dengan wahyu dan dengan kitab sehingga mempunyai tujuan yang sama pula, sedangkan di kegiatan manusia tidak ada dasar keimanan yang sama dan tidak ada tujuan dan motivasi yang sama yang ada hanya persamaan sebagai warga negara sehingga mempunyai semangat nasional yang sama tetapi di balik itu semua terdapat perbedaan tujuan itulah perbedaan dengan agama. Agama mengikat fisik dan batin nya walaupun secara fisik dia berbeda kebangsaan,warna kulit,ras tetapi mereka tetep satu tujuan dan satu keimanan sehingga agama yang mengikat mereka semua.

Jadi pendekatan terhadap agama melalui antropologi lebih terfokus pada simbol-simbol dan unsur-unsur di dalam agama tersebut, seperti kitab,haji,puasa,golongan agama,pemuka agama karena itu semua mempengaruhi manusia, maka dari itu antropologi mengkaji nya.

0 Response to "PENDEKATAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel